cover
Contact Name
Nurjazuli
Contact Email
nurjazulifkmundip@gmail.com
Phone
+6282133023107
Journal Mail Official
jkli@live.undip.ac.id
Editorial Address
Faculty of Public Health, Diponegoro University Jl. Prof. Soedarto, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Central Java, Indonesia 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Lingkungan indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124939     EISSN : 25027085     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (JKLI, p-ISSN: 1412-4939, e-ISSN:2502-7085, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli) provides a forum for publishing the original research articles related to: Environmental Health Environmental Epidemiology Environmental Health Risk Assessment Environmental Health Technology Environmental-Based Diseases Environmental Toxicology Water and Sanitation Waste Management Pesticides Exposure Vector Control Food Safety
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2020): April 2020" : 10 Documents clear
Biofiltration Performance of Coconut Shell and Plastic Waste Made from Egg Holders for Medical Wastewater Treatment Akhmadi, Zainal; Suharno, Suharno; Hikmah, Kholisotul
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.62-67

Abstract

Latar belakang: Pengelolaan limbah cair medis dari fasilitas pelayanan kesehatan memegang peran penting bagi lingkungan dan keamanan masyarakat luas. Pencemar yang terkandung di dalamnya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan hasil dari pengolahan limbah cair medis (IPAL) dengan menggunakan tempurung kelapa dan plastic bekas tempat telur sebagai media biofiltrasi untuk menurunkan kadar BOD dan COD di Puskesmas Siantan Hulu.Metode: Penelitian ini merupakan jenis quasi-eksperimen. IPAL yang diaplikasikan adalah continuous flow dengan volume 2000 liter dan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu pengendapan awal, bak anaerob, bak aerob dan bak pengendapan akhir. Proses pembiakan mikroorganisme dilakukan secara alami dengan membiarkan media direndam dalam bak anaerob dan aerob selama 14 hari. Penelitian inti dilakukan secara kontinyu dengan lama tinggal 6 hari sesudah melewati ketebalan media tempurung kelapa dan plastic bekas yang berbeda, yaitu 20:40 cm, 40:40 cm dan 60:20 cm. Hasil dianalisis menggunakan uji t berpasangan dan uji One-Way Anova serta rumus efisiensi penurunan parameter.Hasil: Diperoleh hasil bahwa ada perbedaan kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah melewati media biakan lekat (p=0,000) dengan berbagai ketebalan media. Berdasarkan waktu tinggal, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap kadar BOD dan COD (p=0,985 dan p=0,142).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara kombinasi anaerobic dan aerobic, aplikasi 20 cm tempurung kelapa dan 60 cm plastic bekas selama 6 hari menghasilkan penurunan tertinggi, yaitu dengan efisiensi rata-rata 94,3% dari rata-rata 130 mg/l menjadi 6,2 mg/l dan COD 96,6% dari rata-rata 217,2 mg/l menjadi 7,3 mg/l..Simpulan: Penelitian ini menghasilkan kadar BOD dan COD yang sesuai (<NAB), menjadi 6,2 md/l dan 7,3 mg/l. Modifikasi ini menurunkan BOD dengan rata-rata efisiensi 94,3% dan COD 96,6%. Disimpulkan bahwa ketebalan media yang terbaik adalah 20:60 cm tempurung kelapa dan plastik bekas dan waktu tinggal 1 hari.ABSTRACT Background: Health facilities waste water management is a crucial environmental and public safety issue. These pollutants should be treated by the proper treatment before release to the municipal drainage. This study aims at presenting the results of waste water treatment modification which used coconut shell and plastic as biofiltration media to decrease organic pollutants (BOD and COD) at Public Health Center of Siantan Hulu.Methods: This study is a quasy experiment. The type of wastewater treatment that is used in this research is a continuous flow which has total volume 2000 litter and divided into 4 zones, i.e presedimentation, anaerob zone, aerobic zone and post sedimentation zone. Seeding microorganism has done naturally by letting media in anaerob and aerob zone for 14 days. The main research were conducting by continuous operation under 6 days retention time after treated by different media depth of coconut shell and plastic, i.e 20:60cm, 40:40cm and 60:20cm. The results analyzed by paired sample t-test, one-way anova, and also proportional efficiency formula. Results: It obtained that there was difference of BOD and COD level before and after through various bed depth of media (p=0,000). Based on retention time, it was not found any difference towards BOD and COD content (p=0,985 and p=0,142). The result of experiment shows that within the combined anaerobic and aerobic process using 20 cm coconut shell and 60 cm of plastic media under condition 6  days retention time, the average of removal efficiency of BOD reached to 96,6% from 130 mg/l into 6,2 mg/l and COD 94,3% which 217,2 mg/l down to 7,3 mg/l.. Conclusion: Application of coconut shell and plastic waste media filtration for medical wastewater treatment resulted  appropriate BOD and COD content, into 6,2 mg/l and 7,3 mg/l respectively. This modification decreases BOD with the average of percentage efficiency stood at  94,3% and COD at 96,6%. It was found to be the best media with an appropriate coconut shell:plastic waste bed depth of 20:60 cm with 1 day of retention time.
Pengaruh Variasi Warna Pada Fly Grill Terhadap Kepadatan Lalat (Studi di Rumah Pemotongan Ayam Pasar Terban Kota Yogyakarta) Emerty, Vinanda Yurika; Mulasari, Surahma Asti
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.21-26

Abstract

Latar Belakang: lalat salah satu vektor mekanik karena menyebabkan penyakit secara tidak langsung. Semua bagian lalat berperan sebagai alat penular penyakit, dari badan, bulu tangan dan kaki, feses, serta muntahannya. Fly Grilladakah salah satu teknik pengendalian lalat dengan melihat kepadatan lalat disuatu tempat. Alat ini dapat diberikan variasi warna karena serangga memiliki ketertarikan kepada gelombang warna yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kepadatan lalat pada variasi warna pada Fly Grill.Metode: Penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Perlakuan denganFly Grillyang berbeda warna (kuning, biru, hijau, putih) dan kontrol (bambu tanpa diberi cat).Pengukuran pada tiga titik ukur (0, 1, 2 m dari tempat pemotongan). Data yang diperoleh dianalisis menggunkan uji ANOVA dengan derajat kesalahan α 0,05.dilanjutkan dengan  uji Post hoc Benferroni.Hasil: Hasil penelitian menunjukkanada perbedaan signifikan rata rata jumlah lalat yang terperangkap pada Fly Grillyang berbeda warna. Antara Fly Grillwarna kuning- biru diperoleh nilai p value 0,030<α (0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara Fly Grillwarna kuning dan biru. Sedangkan  antara Fly Grillwarna biru- putih diperoleh nilai p value 0,037<α (0,05) artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara Fly Grillwarna biru dan putih.Simpulan: Ada perbedaan nyara kepadatan lalat pada Fly Grill warna Putih, Kuning, Biru, Hijau, dan Kontrol. Terdapat perbedaan yang bermakna pada kepatan lalat pada Fly Grill warna kuning-biru dan Fly Grill warna biru-putih. Warna Kuning paling tinggi kepadatan lalatnya sedangkanwarna biru warna yang paling rendah kepadatan lalatnya ABSTRACT Title : The effects of colour variation on fly grill toward the density of flies: a case study in the chicken abattoir of Terban traditional market,  Yogyakarta Background: Fly is one mechanic vector because it causes disease indirectly. All parts of fly play role in transferring disease, from body, feathers of hands and feet, feces, and vomiting. One technique to understand fly density in one location is to use Fly Grill. This tool can be given varying colors because this insect has attraction to different color waves. A research was done to understand difference of fly densities in various colors of Fly Grill.Method: The research in this study was quasi experimental. The data were collected by using five Fly Grills with different colors (yellow, blue, green, white and control), conducted in three measuring points (0, 1, and 2m) from Chicken slaughterhouse. The collected data were analyzed by using ANOVA (Analysis of Variance) with error degree α=0.05followed by the Post hoc Benferroni test.Results: The result was a significant difference in the average number of flies trapped on different colored Fly Grills. Between yellow and blue Fly Grills indicated that p value 0.30 < α(0.05), that means had significant difference between the yellow and blue Fly Grills, and blue and white Fly Grills indicated that p value 0.037 < α(0.05) that means had significant difference between blue and white Fly Grills.Conclusions: There was a difference in the density of flies on the Fly Grill colors White, Yellow, Blue, Green, and Control There was difference of fly densities in yellow-blue Fly Grills and blue-white Fly Grills in the Chicken slaughterhouse (RPA) in Terban Market, Yogyakarta City. Yellow has the highest density of flies while blue has the lowest density of flies 
Analisis Spasial Kejadian Diare dengan Keberadaan Sumur Gali di Kelurahan Jabungan Kota Semarang Dangiran, Hanan Lanang; Dharmawan, Yudhy
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.68-75

Abstract

Latar belakang: Sumur gali adalah salah satu sarana penyedia air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Jabungan. Dari 31 sumur, terdapat 16 warga yang menggunakan untuk keperluan air minum. Pada tahun 2017 dilakukan pemeriksaan kualitas total coliform air sumur pada 3 sampel dengan hasil masing-masing >300CFU/100ml yang menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak layak untuk digunakan sebagai air bersih dan air minum. Penelitian ini bertujuan menganalisis secara spasial kejadian diare dengan keberadaan sumur gali di Kelurahan Jabungan Kota Semarang.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan populasi yaitu seluruh sumur gali dan masyarakat yang terkena diare yang berjumlah 31 sumur dan 20 warga. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode total sampling. Data diperoleh dari hasil survei, pengukuran dan sampling yang kemudian dianalisis secara spasial dengan pendekatan overlay.Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat 87,1% sumur dengan total coliform >50 CFU/100 ml, 87,1% sumur yang jarak dengan jamban <11meter dan 87,1% sumur yang berjarak dengan septictank <11meter. Hasil analisis overlay menunjukkan adanya keterkaitan antara kejadian diare dengan kondisi bakteriologis sumue gai dan jarak sumur gali dengan sumber pencemar, dimana kondisi sumur gali yang kualitas bakteriologis dan jaraknya dengan sumber pencemar tidak memenuhi syarat maka dapat meningkatkan peluang terjadinya kasus diare di rumah dengan kondisi sumur gali tersebut.Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebaran kejadian diare di Kelurahan Jabungan banyak ditemukan pada rumah yang memiliki sumur gali dengan kualitas bakteriologis air yang tidak memenuhi persyaratan yaitu >50 CFU / 100 ml sampel dan jarak dengan jamban dan/atau septictank <11 meter. ABSTRACTTitle:  Spatial Analysis of Diarrhea with Quality of Well Water in Jabungan, Semarang City Background: Dug wells are one of the clean water supply facilities used by the Jabungan Sub-district community. Of the 31 wells, 16 residents are needed to use it for drinking water. In 2017 an examination of total well water quality in 3 samples with results of> 300CFU / 100 ml each indicated that the samples were not suitable for use as clean water and drinking water. This study discusses the spatial analysis of diarrhea events by digging wells in Jabungan Sub-district, Semarang.Method: This type of research is observational with a population of all wells and people who spend diarrhea that requires 31 wells and 20 residents. Determination of the number of samples using the total sampling method. Data obtained from the results of surveys, measurements and sampling are then spatially analyzed by obtaining overlays.Results: In this study the results obtained were about 87.1% of wells with a total coliform> 50 CFU / 100 ml, 87.1% of wells with a distance of <11 meters and 87.1% of wells needed with septic tank <11 meters. The results of the overlay analysis show a link between the incidence of diarrhea with the bacteriological condition of the sumai and the distance of the dug well to the source of the pollutant, where the condition of the dug well with bacteriological quality and the distance from the source of the pollutant are needed to ensure this.Conclusion: This study concludes that the distribution of diarrhea in Jabungan Sub-district is found in homes that have dug wells with water bacteriological quality that do not meet the requirements of> 50 CFU / 100 ml sample and distance from latrines and / or septic tank <11 meters.
Gambaran Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Pulau Bali Tahun 2012-2017 Yudhastuti, Ririh; Lusno, Muhammad Farid Dimjati
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.27-34

Abstract

Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk pulau Bali. Provinsi bali  yang terdiri dari 9 kabupaten/kota adalah daerah endemis DBD, padahal Provinsi Bali adalah destinasi wisata baik lokal maupun mancanegara.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemaparan berupa gambaran kejadian DBD di Provinsi Bali.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancang bangun caseseries. Sumberdata pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu Profil Kesehatan provinsi Bali tahun2015 hingga 2017, dan data iklim di Provinsi Bali tahun 2015-2017yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik provinsi Bali.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan insiden DBD per 100000 penduduk di Provinsi Bali tahun 2012 hingga tahun 2017  berturut turut 65,5: 174,5: 210,2; 259,1; 483; 105. Puncak insiden tertinggi Demam Berdarah Dengue (DBD) ada pada tahun 2016.Pada tahun 2017 ada 4 kabupaten/kota yang insidennya tinggi seperti kabupaten Badung , kota Denpasar , kabupaten Buleleng dan kabupaten Gianyar. Penyebab meningkatnya insiden DBD adalah banyaknya genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti saat  musim hujan, sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat. Insidens DBD terjadi pada bulan Januari hingga Mei, yang di pengaruhi oleh cuaca lokal, kondisi sosial ekonomi masyarakat, curah hujan, topografi maupun kepadatan,serta mobilitas penduduk.Simpulan: Insiden DBD dipengaruhi oleh pola musim hujan , di bulan Januari, Februari, Maret, April dan Mei  didukung kepadatan dan mobilitas dari penduduk. ABSTRACTTitle: An Overview of Dengue Haemorrhagic Fever Cases in Bali Island 2012-2017Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)remains a public health problem in Indonesia, including the island of Bali. Bali province consists of 9 regencies / cities is a dengue endemic area, whereas the island of Bali is a tourist destination both locally and internationally. This study aims to provide an overview of the incidence rates (IR) of DHF in the island of Bali.Methods: This research is a descriptive study with case series design. Data sources in this study use secondary data obtianed from Bali Health Profile 2015 – 2017, and the climate data of Bali Province in 2015-2017 was obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of Bali Province.Results: The results showed the Incidence Rates (IR) of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in the island of Bali in 2012- 2017 were 65.5; 174.5; 210.2; 259.1; 483 and 105.7 respectively. The highest incidence rates (IR) of DHF was notified in 2016. Up to 2017 there were 4 districts that had reported high incidence of DHF, such as Badung Regency, Denpasar City, Buleleng Regency, and Gianyar Regency. Factors contributing to the increasing incidence of DHF in Bali were the existence of water container as the potential breeding places for mosquitos vector of Aedes aegypti, particularly during rainy season. This condition initiated the increased population of Aedes aegypti. The incidence of dengue fever cases intensively occurred during January – May influenced by local weather climate, socio- economic condition, rainfall, topography, as well as population density and mobilityConclusion: The incidence of DHF is significantly associated with weather seasonal patterns whereasthe highest DHF incidence rates are found in each year in January, February, March, April and May. The other significant factors are including of rainfall, population density and mobility.
Keluhan Kesehatan Subjektif Pada Masyarakat Pengguna Insektisida Antinyamuk di Kecamatan Indralaya Purba, Imelda Gernauli; Sunarsih, Elvi; Septiawati, Dwi; Sitorus, Rico Januar; Lionita, Widya
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.35-44

Abstract

Latar belakang: Anti nyamuk merupakan insektisida yang banyak digunakan di rumah tangga untuk mengendalikan nyamuk. Penanganan yang tidak baik terhadap anti nyamuk dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pajanan insektisida anti nyamuk dengan keluhan kesehatan subjektif pada masyarakat di Kecamatan IndralayaMetode: Penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil sebanyak  136 orang pengguna anti nyamuk secara cluster sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah umur, Indeks Massa Tubuh, pengetahuan, personal higiene, penggunaan sesuai petunjuk, cara penyimpanan,  penggunaan alat pelindung diri, frekuensi pemakaian, dan durasi pemakaian. Pengumpulan data  melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi menggunakan checklist. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan software, data dianalisis dengan uji statistic Chi-Square dan regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebesar 58,1 % reponden mengalami keluhan kesehatan subjektif yaitu sakit kepala, lelah, pusing, gatal pada mata,  penglihatan kabur, hilang selera makan, kejang otot, tremor, sesak nafas, mata berair, keringat berlebihan. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara umur (p=0,015; RP=0,36; 95% CI=0,158-0,819), durasi pemakaian (p=0,032; RP=2,96; 95% CI=1,099-7,975), tingkat pengetahuan (p=0,000; RP=0,211; 95% CI=0,089-0,499) dengan keluhan kesehatan subjektif.Simpulan: Disimpulkan bahwa durasi pemakaian anti nyamuk dalam sehari menjadi factor risiko dominan untuk terjadinya keluhan kesehatan subjektif pada masyarakat penggunaanti nyamuk di Kecamatan Indralaya Ogan Ilir. ABSTRACTTitle: Subjective Health Complaints In Communities Anti-Mosquito Insecticides User In Indralaya Sub-DistrictBackground: Anti-mosquito is an insecticide that is widely used in households to control mosquitoes. Handling that is not good against mosquitoes can harm humans and the environment. The objective of this study was to analyze the relationship between anti-mosquito insecticide exposure and subjective health complaints in the Indralaya District communityMethods: This studywas an analytical with cross-sectional approach. Samples were taken as many as 136 anti-mosquito users by cluster sampling. The independent variables of this study  were age, body mass index, knowledge, personal hygiene,usage according to instruction, use of personal protective equipment, frequency of use, and duration of use. Collecting data was through interviews using questionnaires, and observationsusing a checklist.Processing  data  was performed using  software. Data were  analyzed by  Chi-square test at 0.05 level of significant.Results: Research result showed that 58,1% respondents experienced subjective health complaints such as headache, fatique, dizziness, itching in the eyes, blurred vision, loss of appetite, muscle spasm, tremors, shortness of breath,watery eye, and excessive sweating. Based on Chi-square test resut there was  significant relationship between age (p = 0.015; RP = 0.36; 95% CI = 0.158-0.819), duration of use (p = 0.032; RP = 2.96; 95% CI = 1.099-7.975),knowledge (p = 0,000; RP = 0,211; 95% CI = 0,089-0,499) with subjective health complaintsConclusion: It was concluded that the duration of anti-mosquito use in a day was the dominant risk factor for the occurrence of subjective health complaints on mosquito users in Indralaya Ogan Ilir. 
Polusi Udara Dalam Rumah Terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di TPA Sukawinatan Palembang Garmini, Rahmi; Purwana, Rachmadhi
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.1-6

Abstract

Latar belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. ISPA bisa terjadi karena pencemaran kualitas udara di luar maupun di dalam ruangan. Salah satunya gas sulfur dioksida (SO2) yang ada di tempat pembuangan sampah dapat mengganggu sistem pernapasan pada balita. Balita lebih berisiko tertular ISPA karena kekebalan tubuh yang dialami balita belum terbentuk sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi udara dalam rumah dan karakteristik balita terhadap kejadian ISPA pada balita di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan Kelurahan Sukajaya Palembang.Metode: Jenis penelitian analitik, desain penelitian cross sectional. Variabel terukur adalah kondisi udara dalam rumah, karakteristik balita, dan kejadian ISPA pada balita. Populasi penelitian adalah anak balita berumur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukajaya dan sampel berjumlah 94 orang. Data dianalisis dengan uji chi-square, t-test independent, dan regresi logistik. Hasil: Period Prevalence kejadian ISPA pada balita sebesar 59,6%. Variabel penggunaan obat anti nyamuk, perokok dalam rumah, ventilasi, status gizi dan status imunisasi secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita, sedangkan variabel kadar SO2 dalam rumah dan umur balita secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel ventilasi rumah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita.Simpulan: Ventilasi dapat menjadi faktor risiko terhadap terjadinya ISPA, karena ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dalam rumah. ABSTRACTTitle: Indoor Air Pollution And Acute Respiratory Infection In Child    Under Five Years In Sukawinatan Landfills Palembang.Background: Acute Respiratory Infections (ARI) is a major cause of morbidity and mortality in young children. ARI can occurs because indoor and outdoor air pollution. One of them is gas sulfur dioxide (SO2) in landfills that it can be irritate the respiratory tract in young children. Young children have higher risk of contracting ARI because the immune of young children not yet fully formed. This research aims to find out Indoor air Pollution and Characteristics of acute respiratory infection in under-fives in Sukawinatan Landfills.Methods: Type of research was analitic, cross-sectional study design. Measurement of indoor air pollution, characteristics of young children, and prevalence of acute respiratory infection. The population of this research was young children aged 12-59 months who lived in Kelurahan Sukajaya and 94 samples. Data were analyzed by chi-square, t-test independent, and logistic regression.Results: Period Prevalence of acute respiratory infection in young children about 59,6%. Using mosquito repellent, smokers in the house, ventilation, nutrition and immunization status were significant correlation to acute respiratory infection in young children. While SO2 levels in the home and age of young children were insignificant correlation to acute respiratory infection in young children. Multivariate analysis showed that the variables of ventilation with SO2 levels were the most dominant variable related to acute respiratory infection in young children.Conclusion: One of risk factor of acute respiratory infection is ventilation, because its function as air circulation to reduce indoor air pollution.
Perbandingan Efektifitas Metode Elektrokoagulasi dan Destilasi Terhadap Penurunan Beban Pencemar Fisik Pada Air Limbah Domestik Muliyadi, Muliyadi; Sowohy, Idayani Sangadji
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.45-50

Abstract

Latar belakang: Penghasil limbah cair terbesar di Indonesia umumnyaberasal dari rumah tangga. Saat ini, dirasa perlu untuk mengembangkan metode penanganan limbah cair domestic Metode: jenis ini merupakan penelitian eksperimental sederhana dengan rancangan post test only group control design. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas metode elektrokoagulasi dan destilasi dalam menurunkan beban pencemar fisik pada limbah cair domestic. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh limbah cair yang ada di parit perumahan dagymoi tubo. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 liter limbah cair yang ada di parit perumahan dagymoi tubo . teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.Hasil: TDS pada perlakuan destilasi menurun sebesar 81,73% (295 mg/l) sedangkan TDS pada elektrokoagulasi menurun sebesar 53,60 % (749 mg/ l) dan TSS pada destilasi menurun sebesar 97,7% (46 mg/l) dibandingkan TSS pada elektrokoagulasi menurun sebesar 74,69 %(505 mg/l).Simpulan: Perlakuan dengan menggunakan destilasi lebih efektif dalam menurunkan kadar TDS dan TSS pada limbah cair domestic.ABSTRACTTitle: Comparison of the Effectiveness of Electrocoagulation and Distillation Methods in Reducing Physical Pollutant in Domestic WastewaterBackground: in general, the biggest producers of domestic wastewater in indonesia comes from household. Nowaday, the handling of domestic wastewater is needed to be improved. Methods: this type of research is a simple experimental study with a post test only group control design. This research was conducted to compare the effectiveness of the electrocoagulation and distillation methods in reducing physical pollutants in domestic wastewater. The population in this study is all of the wastewater in the dagymoitubo residence trench. The sample in this study was 10 liters of wastewater in the dagymoitubo residence trench. Sample taking technique using purposive sampling technique.Results: TDS in distillation treatment decreased by 81.73% (295 mg / l) while TDS in electrocoagulation decreased by 53.60% (749 mg / l) and TSS in distillation decreased by 97.7% (46 mg / l) compared to TSS in electrocoagulation decreased by 74.69% (505 mg / l).Conclusion: Treatment using distillation is more effective in reducing levels of TDS and TSS in domestic  wastewater.
Hubungan Sarana Sanitasi, Perilaku Penghuni, dan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) oleh Ibu dengan Kejadian Pendek (Stunting) pada Batita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru, Samarinda Herawati, Herawati; Anwar, Andi; Setyowati, Dina Lusiana
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.7-15

Abstract

Latar belakang: Sebuah daerah dinyatakan memiliki permasalahan kesehatan masyarakat jika memiliki prevalensi stunting sebesar 20% atau lebih. Prevalensi stunting di Kalimantan Timur mencapai 29,6% dan didominasi oleh anak usia dibawah dua tahun pada tahun 2017. Samarinda memiliki prevalensi stunting melebihi 20%. Terdapat banyak faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting, tetapi dibutuhkan penelitian terkait sarana sanitasi, perilaku penghuni dan kebiasaan CTPS ibu dengan kejadian stunting.  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada/tidaknya hubungan antara kualitas sarana sanitasi, perilaku penghuni, dan kebiasaaan CTPS ibu dengan kejadian stunting pada anak kelompok usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Harapan Baru, Samarinda.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian retrospektifdengan desain case control. Data dikumpulkan dengan wawancara semi-terstruktur dengan ibu balita menggunakan lembar kuesioner. Terdapat 19 sampel pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol yang dipilih menggunakan purposive sampling. Sehingga, total sampel: 38 dengan uji statistik chi square untuk kualitas sarana sanitasi dan perilaku penghuni; uji fisher untuk CTPS ibu.Hasil: Ada hubungan antara kualitas sarana sanitasi (p = 0,000; OR = 31,875; CI 95% = 5,093-199,480); perilaku penghuni (p = 0,000; OR = 18,417; CI 95% = 3,182-106,585) dengan kejadian stunting. Tidak ada hubungan antara kualitas CTPS yang dimiliki Ibu dengan kejadian stunting (p = 0,116; OR= 3,923; CI 95%=0,678-22,705). Namun ketiga variabel tersebut merupakan faktor risiko kejadian stunting karena memiliki OR>1.Simpulan: Kualitas sarana sanitasi dan perilaku penghunimemiliki hubungan dengan kejadian stunting dan merupakan faktor risiko. Kualitas CTPS ibu tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting tetapi merupakan faktor risiko. ABSTRACTTitle: Relationship Between Quality Of Sanitation Infrastructures,  Human Behavior, Mothers’ Handwashes, To Stunting Rate For Children Age 6-24 MonthsBackground: A place is called as region which has chronic malnutrition problem if the prevalency of stunting children is equal to or more than 20%. In 2017, it was increased to 29,6%. It is dominated by the children under two years old. Samarinda also has prevalency of stunting children under two above 20%. There are lots of determinant factors which coud caused stunting, but more study is needed about sanitation infrastructures, human behavior, and and mothers’ hand washes.The aim or this research is to proof the relation of about sanitation infrastructures, human behavior, and and mothers’ hand washes to stunting status of children age 6-24 months in two districts which are the region of Puskesmas Harapan BaruMethods: This is a retrospective case-control study. Data were collected thorough semi-structure interview with mothers. The samples are 19 for each group, using purposive sampling.The total samples: 38. Chi square test was used to test the relationship of quality sanitation infrastructures; residents’ behaviour to stunting. Fisher test was used to exam the relationship of the mothers’ hand wash quality.Results: The quality of sanitation infrastructures (p = 0,000; OR = 31,875; CI 95% = 5,093-199,480); residents’ behavior(p = 0,000; OR = 18,417; CI 95% = 3,182-106,585) had relationship to stunting. The quality of mothers’ hand washes had no relationship to stunting with p= 0,116; OR= 3,923; CI 95%=0,678-22,705. However, three of them were risk factors of stuntingsince their OR>1.Conclusion: The quality of sanitation infrastructures; residents’ behaviour had relationship and were risk factors to stunting. The quality of mothers’ hand washes had no relationship, but still a risk factor to stunting.
Atribut Penilaian Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit Menuju Green Hospital di Indonesia Sutanto, Sutanto; Putri, Eka Intan Kumala; Pramudya, Bambang; Utomo, Suyud Warno
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.51-61

Abstract

Latar belakang: Pengelolaan lingkungan rumah sakit (RS) secara berkelanjutan menjadi sangat penting dalam rangka meminimalisasi konstribusi negatif terhadap pemanasan global. Tujuan penelitian ini adalah 1) menyusun atribut green hospital di Indonesia, dan 2) menganalisis status keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis data yang dikumpulkan merupakan jenis data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data terdiri atasstudi pustaka, survei, wawancara mendalam, dan pendapat pakar. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial dengan pendekatan Multidimensional Scalling (MDS) Rap GreenHospital.Hasil: Hasil analisis diperoleh, atribut green hospital RS di Indonesia terdiri dari enam dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan lingkungan dan kelembagaan. Keenam dimensi tersebut terdiri dari 42 atribut dan 151 sub atribut. Status keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS dalam kategori cukup berkelanjutan (yellow hospital) dengan skor 71.233%. Faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan RS meliputi: a) Pengelolaan limbah non medis; b) Pengelolaan limbah B3; c) Lingkungan dalam bangunan; d) Lingkungan Luar bangunan; e) Mitigasi dan adaptasi bencana; f) Sumber dana; g) Kinerja anggaran; h) Budaya ramah lingkungan;i) pengembangan partisipasi masyarakat; j) Tingkat kepuasan; k) Teknologi konservasi energi;l) Teknologi pengolahan limbah padat, cair dan gas; m) Infeksi nosokomial;n) Fasilitas sanitasi; o) Promosi kesehatan, p) Kepemimpinan; q) Sumberdaya manusia; dan r) Dokumen lingkungan.Simpulan: Atribut green hospital rumah sakit di Indonesia terdiri atas enam dimensi yakni dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan lingkungan dan kelembagaan. Keenam dimensi tersebut terbagi dalam 42 atribut dan 151 sub atribut. ABSTRACTTitle: Attribute Assessment of the Sustainability of Hospital Environmental Management Towards Green Hospital in IndonesiaBackground: Sustainable management of the hospital environment is very important in order to minimize the negative contribution to global warming. The purpose of this study is 1) to compile the attributes of green hospitals in Indonesia, and 2) to analyze the sustainability status of hospital environmental management in Indonesia.Methods: This study uses two approaches namely qualitative and quantitative approaches. The type of data collected is a type of primary data and secondary data. Data collection methods consist of study literature, surveys, in-depth interviews, and expert judgment. The data analysis method used is descriptive and inferential analysis with the Multidimensional Scaling (MDS) Rap Green Hospitalapproach.Results: The analysis results obtained, the attributes of green hospital hospitals in Indonesia consist of six dimensions namely the dimensions of ecology, economics, social, technology, environmental health and institutional. The six dimensions consist of 42 attributes and 151 sub attributes. Status of environmental management of hospitals in the category of sustainable enough (yellow hospital) with a score of 71,233%. Factors for the sustainability of hospital environmental management include: a) Non-medical waste management; b) Hazardous Poison Materials waste management; c) The environment in the building; d) Outside environment of buildings; e) Disaster mitigation and adaptation; f) Sources of funds; g) Budget performance; h) green culture; i) development of community participation; j) Level of satisfaction; k) Energy conservation technology; l) Solid, liquid and gas waste treatment technology; m) Nosocomial infections; n) Sanitation facilities; o) Health promotion, p) Leadership; q) Human resources; and r) Environmental documents.Conclusion:The attributes of green hospital in Indonesia consist of six dimensions, are ecology, economic, social, technology, environmental health, and institutional. The six dimensions are divided into 42 attributes and 151 sub attributes.
Factors Associated with Cholinesterase Level of Spraying Workers Using Paraquat Herbicide at Oil Palm Plantation in East Kalimantan, Indonesia Ramdan, Iwan Muhamad; Candra, Krishna Purnawan; Purwanto, Herry
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 19, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.19.1.16-20

Abstract

Latar Belakang: Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2006 memperkirakan 1-5 juta kasus keracunan pestisida setiap tahun pada pekerja pertanian dengan kematian mencapai 220.000 korban. Sekitar 80% keracunan pestisida dilaporkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada 10 tahun terakhir, luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur meningkat sebesar 7,7%. Pada tahun 2017 perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur mencapai 1,2 juta ha dengan jumlah pekerja mencapai 234 ribu orang. Hingga saat ini belum pernah ada kajian dampak paparan pestisida terhadap gangguan kesehatan dengan indikator kadar cholinesterase. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan tingkat keracunan penyemprot perkebunan kelapa sawit yang mengaplikasikan herbisida paraquat.Metode: Penelitian cross-sectionaldengan metoda sampling acak sederhana telah dilakukan pada 326 penyemprot dari 10 perkebunan kelapa sawit yang menggunakan herbisida paraquat, untuk mengidentifikasi prevalensi keracunan dan faktor risikonya. Tingkat keracunan pestisida diukur berdasarkan kadar enzim cholinesterase darah menggunakan Tintometer kit. Usia, masa kerja, dan area penyemprotan per hari dikumpulkan dengan wawancara langsung. Data dianalisis menggunakan Uji Spearman.Hasil:Penyemprot herbisida sebagian besar berusia >26-34 tahun (31,9%), mempunyai masa kerja < 5 tahun (76,1%), menyemprot area seluas < 4 ha per hari (84%). Toksisitas ringan dialami oleh 29 orang penyemprot (8,9%). Keracunan ringan herbisida tersebut berkorelasi signifikan dengan usia (p=0,000) dan area penyemprotan per hari (p=0,014).Kesimpulan: Prevalensi keracunan paraquat di kalangan pekerja penyemprot herbisida di perkebunan kelapa sawit relatif rendah. Penggunaan herbisida dengan dosis yang lebih rendah dan pengurangan area semprot menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan dalam usaha pencegahan keracunan herbisida yang lebih buruk.ABSTRACTBackground: In 2006, World Health Organization estimates a number of 1-5 million cases of pesticide poisoning per year in agricultural workers with deaths reaching of 220,000 casualties. About 80% of pesticide poisoning was reported in developing countries, including Indonesia. In the last ten years, palm oil plantation area in East Kalimantan increased at 7.7%. In 2017, palm oil plantation covered an area of 1,2 billion ha with 234.000 workers. Until now, there is no study on pesticide exposure on health disorder with indicator using cholinesterase level.Methods: A cross-sectional study has been conducted using simple random sampling on 326 sprayers from 10 oil palm plantations using paraquat herbicide to identify herbicide poisoning prevalence, and its risk factor. The pesticide poisoning rate was measured based on blood cholinesterase enzyme level using a Tintometer kit. Age, working period, and spraying area per day were collected by direct interview. Data were analysed by Spearman test.Result: The most sprayer workers was at age of > 26-34 years (31.9%), having working experience <5 years (76.1%), implementing a spray area per day of <4 ha (84%). A mild toxicity was experienced by 29 sprayers (8.9%). The prevalence of paraquat herbicide was correlated significantly with age (p=0.000) and spraying area per day (p=0.014).Conclusion: The prevalence of paraquat among herbicide sprayer at oil palm plantation was relative low. Application of herbicide with lower doses and reducing the spraying area are the necessary factors to be considered in order to prevent the herbicide poisoning become worst.

Page 1 of 1 | Total Record : 10